Dekrit.id||Siantar – Kebijakan Sekolah lagi lagi dianggap Orangtua Siswa (Ortu) ‘mencekik’ tanpa memperhitungkan sisi perekonomian dan kemanusiaan.
Kali ini kejadiannya berlangsung di sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pematangsiantar yang berada di Jalan Singosari, Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat.
Pihak MAN Pematangsiantar diduga tidak memperhitungkan sisi perekonomian dan Kemanusiaan pada keberadaan ortu, siswa yang menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
Sekolah yang bernaung di Kementerian Agama tersebut dituding lebih mengutamakan kemajuan bisnis yang dapat meraup keuntungan sangat besar.
Dengan ‘bermoduskan’ kesepakatan Komite, sekolah tersebut diduga mengharuskan calon siswa baru yang akan masuk pada tahun ajaran 2022/2023 mendatang membayar uang sebesar Rp.795.000 untuk calon siswa Laki laki dan Rp.835.000 calon siswa Perempuan.

Uang tersebut pun dibayarkan pada saat pendaftaran ulang penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang telah dilaksanakan belum lama ini.
Anehnya, Hasan selaku kepala sekolah MAN Pematangsiantar mengatakan bahwa hal tersebut merupakan usulan Komite sekolah, sementara bahwa siswa yang melakukan pendaftaran ulang masih berstatus calon siswa hingga dimulainya proses belajar mengajar ajaran baru.
“Dari Komite itu bang,” tulis Hasan menanggapi konfirmasi pada hari Sabtu (2/7) siang.
Jumlah uang yang terbilang cukup ‘fantastis’ tersebut dibayarkan untuk beberapa item, diantaranya pembelian seragam abu abu, baju olah raga, seragam Pramuka dan seragam Batik, Dasi, Simbol dan uang Komite untuk bulan Juli senilai Rp.100.000 per Siswa.
Beberapa ortu yang membeberkan informasi ini kepada kru media, merasa terbebani dengan harga yang ditentukan pihak sekolah.
“Ini suratnya yang harus kami (Ortu) tanda tangani, di judul surat itu dibuat pengusulan, seolah kami yang mengusulkan ke pihak sekolah, cobalah di sekolah itu seragam abu abu dan Pramuka saja Dua Ratusan ribu per set nya, kalau di luar kan bisa lebih murah,” ketus Ibu yang tidak ingin identitasnya disebutkan, sembari memberikan surat yang dimaksud.
Masih menurut Ibu tersebut, “Selain biaya itu, uang Komitenya pun cukup besar sampe 100 ribu dan harus kami bayarkan padahal pembelajaran belum mulai, mencekiklah bang untuk pendidikan saja seperti itu,” kesalnya.
Hasan selaku kepala sekolah yang memimpin siswa lebih dari Dua ribu orang tersebut beralibi bahwa hal itu telah disosialisasikan kepada ortu siswa.
“Hal itu telah kita sosialisasikan kepada ortu melalui rapat komite sebelum pendaftaran ulang, ketua komitenya Imran Simanjuntak,” tulis Hasan membenarkan diri. (Dkt||F1)

Discussion about this post