• Disclaimer
  • Pedoman
  • Policy
  • Terms
  • Redaksi
Situs Berita Online
Kamis, 30 Maret 2023
  • NEWS
    • Peristiwa
    • Investigasi
    • Olahraga
    • Politik dan Pemerintahan
  • Regional
    • Sumut
  • Nasional
  • Internasional
  • Opini & Cerita
    • Budaya
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Sejarah
    • Entertainment
    • Tekno & Otomotif
    • Video
    • Relationship
    • Seleb
  • ADVERTORIAL
  • Lipsus
    • PENDIDIKAN
    • Mimbar Dakwah Jum’at
    • Mimbar Minggu
    • Viral
  • PILKADA
    • Pilkada Nasional
    • Pilkada Regional
  • Sport
    • Bola
  • NEWS
    • Peristiwa
    • Investigasi
    • Olahraga
    • Politik dan Pemerintahan
  • Regional
    • Sumut
  • Nasional
  • Internasional
  • Opini & Cerita
    • Budaya
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Sejarah
    • Entertainment
    • Tekno & Otomotif
    • Video
    • Relationship
    • Seleb
  • ADVERTORIAL
  • Lipsus
    • PENDIDIKAN
    • Mimbar Dakwah Jum’at
    • Mimbar Minggu
    • Viral
  • PILKADA
    • Pilkada Nasional
    • Pilkada Regional
  • Sport
    • Bola
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • NEWS
  • PERISTIWA
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • BUDAYA
  • INVESTIGASI
  • KESEHATAN
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • POLITIK
  • SUMUT
  • ENTERTAINMENT
  • PENDIDIKAN
ADVERTISEMENT
Home NEWS Nasional

Nalar Agama Melawan Pandemi

Di tengah pandemi ini sebenarnya tengah terjadi apa yang disebut sebagai ”disonansi kognitif”, yakni ketika nalar tidak berfungsi secara konsisten dalam mencerna fenomena kehidupan ini.

by dekrit.id
03/08/2021
in Nasional
Suasana ruang utama shalat Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang lengang karena tak digunakan untuk aktifitas shalat Jumat pada Jumat (27/03/2020). (Foto : Chandra AN)

Suasana ruang utama shalat Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang lengang karena tak digunakan untuk aktifitas shalat Jumat pada Jumat (27/03/2020). (Foto : Chandra AN)

Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke TwitterBagikan ke Email

Oleh : Masdar Hilmy

Jika dipetakan secara tipologis, di masyarakat dijumpai sekurangnya dua peran agama yang bertentangan dalam perang melawan Covid-19: peran produktif dan peran kontradiktif.

READ ALSO

Ini Daftar 37 Provinsi di Indonesia Setelah Pemekaran Provinsi Papua

Gempa Mag: 4.2 Getaran Hingga ke Beberapa Daerah

Peran produktif adalah ketika agama digunakan sebagai amunisi dalam mendukung penanggulangan Covid-19. Sebaliknya, peran kontradiktif terjadi ketika agama justru dijadikan sebagai alat untuk menggerus ikhtiar perang melawan pandemi.

Sepanjang masa pandemi, kedua peran ini benar-benar ada dan berdialektika di masyarakat. Pada masa-masa awal pandemi, bahkan narasi agama dijadikan sebagai alat propaganda oleh segelintir individu untuk mementahkan keberadaan Covid-19. Sebagian ada yang menganggap pandemi sebagai akal-akalan pihak tertentu untuk meruntuhkan semangat keberagamaan (teori konspirasi); tidak boleh takut melawan virus, tetapi takutlah hanya kepada Allah; urusan mati bukanlah karena virus, melainkan takdir Allah; dan seterusnya.

Disonansi kognitif

Namun, pada masa sekarang ini, terutama di tengah ”mengamuknya” varian baru Delta, kebanyakan masyarakat kita semakin sadar dan waspada terhadap realitas ancaman Covid-19. Kengerian menghantui di segala penjuru.

Kematian begitu dekat dengan kita. Ia menghampiri dan merenggut orang- orang terdekat, bahkan anggota keluarga kita. Kabar duka datang silih berganti tak ada putus-putusnya melalui kanal media sosial. Fenomena kematian dan penguburan jenazah korban Covid-19 mengentakkan kesadaran terdalam masyarakat bahwa kematian akibat Covid-19 benar-benar nyata dan tak bisa diremehkan.

Di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, lalu lalang dan bunyi sirene ambulans semakin mendramatisasi suasana batin masyarakat. Rasio kasus positif (positivity rate), tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) rumah sakit, sulitnya mendapatkan ruang perawatan, hingga fenomena telantarnya sejumlah pasien di rumah sakit semakin menguatkan derajat kepercayaan publik atas ancaman Covid-19 yang semakin nyata.

Perlahan tetapi pasti, pihak-pihak yang semula menyangsikan keberadaan Covid-19 sekarang terdiam seribu bahasa melihat ”parade kematian” yang begitu menyayat hati.

Di sini sebenarnya tengah terjadi apa yang disebut sebagai ”disonansi kognitif”, yakni ketika nalar tidak berfungsi secara konsisten dalam mencerna fenomena kehidupan ini. Di satu sisi kebanyakan masyarakat kita memercayai hal-hal gaib, terutama karena hal ini merupakan bagian dari rukun iman.

Di sisi lain, kognisi mereka belum bisa teryakinkan oleh realitas Covid-19 yang juga tidak kasatmata. Kesadaran dan keyakinan mereka baru benar-benar berubah ketika mereka menyaksikan korban telah berjatuhan di mana-mana. Dalam ungkapan yang agak hiperbolis, mereka benar-benar tertegun ketika kematian menjadi ”kenormalan baru” yang tak terbantahkan.

Keterbelahan nalar

”Disonansi kognitif” terjadi akibat keterbelahan nalar di ruang publik dalam memersepsi pandemi: antara nalar induktif-positivistik sains di satu sisi dan nalar deduktif-normatif agama di sisi lain. Keduanya seolah tak memiliki hubungan sama sekali, bahkan dikesankan bertabrakan secara diametral.

Akibatnya, penerapan protokol kesehatan dalam peribadatan dianggap sebagai penggerusan ”pakem” agama. Selain itu, regulasi tentang pengaturan rumah ibadah dan aktivitas peribadatan selama pandemi dianggap akan mengerdilkan, bahkan meruntuhkan, agama.

Pengambilan jenazah Covid-19 secara paksa oleh pihak keluarga yang terjadi di sejumlah rumah sakit menjadi contoh lain penyangkalan nalar publik atas kebijakan negara yang masih terbelah. Mereka menghendaki tata cara dan ritual pemulasaraan dan pemakaman jenazah harus berlangsung dalam bingkai tradisi keagamaan. Mereka meyakini bahwa protokol kesehatan tentang pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 melanggar pakem tradisi keagamaan yang dapat berkonsekuensi pada penelantaran nasib arwah di alam kubur.

Beruntunglah, perlahan tetapi pasti, kondisi masyarakat sekarang ini relatif lebih well-informed dengan seluk-beluk Covid-19. Secara umum telah terjadi proses transformasi nalar publik ke arah yang lebih positif terhadap realitas pandemi. Proses transformasi masyarakat dalam menyikapi Covid-19 tentu saja tidak terlepas dari narasi positif-produktif yang dikembangkan secara simultan dan konsisten oleh para ilmuwan, agamawan, tokoh masyarakat, elite politik, dan sejumlah lembaga ormas dalam mengampanyekan ancaman nyata Covid-19 beserta semua aspeknya.

Pembobotan nalar keagamaan

Oleh karena itu, tantangan penanganan Covid-19 ke depan adalah bagaimana agar kebijakan pemerintah tidak dihadang oleh nalar keagamaan di tingkat akar rumput. Di sinilah keterbelahan nalar harus segera diatasi melalui pembobotan nalar keagamaan pada setiap kebijakan publik dalam penanggulangan Covid-19. Hal ini dimaksudkan agar nalar kebijakan publik tak terceraikan dari nalar keagamaan.

Keberhasilan keterpaduan di antara kedua nalar tersebut diukur, salah satunya, dari minimnya resistansi masyarakat atas kebijakan dimaksud. Arab Saudi merupakan salah satu negara yang berhasil mengatasi pembelahan antara nalar sekuler dan nalar keagamaan dalam setiap kebijakan publik terkait penanggulangan Covid-19.

Mungkin saja keberhasilan tersebut tidak semata terkait dengan absennya resistansi oposisional dari sejumlah kelompok kepentingan, tetapi juga terkait dengan skema bantuan sosial sebagai dispensasi atas dampak kerusakannya di tingkat akar rumput. Sebagai akibatnya, penutupan dua masjid besar sebagai pusat peribadatan haji—Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah—tidak diikuti kontroversi dan resistensi berlebihan di masyarakat.

Dalam konteks ini, pidato singkat Wapres Ma’ruf Amin, dalam acara malam takbir virtual Idul Adha 1442 H, patut diapresiasi. Mengutip pendapat ulama terkemuka Syekh Nawawi al-Bantani, Wapres menegaskan soal perlunya ketaatan publik terhadap semua regulasi penanganan pandemi yang berbasis kemaslahatan publik.

”Menaati peraturan pemerintah yang di dalamnya mengandung kemaslahatan umum hukumnya wajib mu’akkad atau sangat wajib,” demikian sergahnya. Narasi semacam ini merupakan upaya positif dalam ”penubuhan” (embodiment) narasi keagamaan ke dalam kebijakan publik yang diharapkan dapat mereduksi kontroversi dan resistansi publik.

Di samping itu, keberfungsian nalar keagamaan dalam setiap kebijakan penanggulangan pandemi bisa dimaksimalkan dalam dua tataran sekaligus; tataran preventif dan kuratif. Secara preventif, narasi keagamaan bisa digunakan sebagai basis argumentasi penerapan karantina wilayah (baca: PPKM darurat).

Strategi semacam ini pernah dilakukan Pemerintah Kota New York dengan cara mengutip Hadis Nabi Muhammad SAW di salah satu videotron: ”Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi, jika wabah terjadi di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Jika perlu, ajakan pemerintah untuk memerangi Covid-19 harus dimaknai sebagai ”perang suci” (jihad) yang sesungguhnya di era pandemi dan kematian yang diakibatkan olehnya tergolong mati syahid, sebagaimana Hadis Nabi ”Barang siapa mati karena wabah, maka dia mati syahid.” (HR Bukhari).

Sebagai upaya terakhir, doa bersama secara virtual menjadi strategi preventif yang diharapkan dapat memompa imunitas tubuh melalui efek plasebo (placebo effect) atau efek sugesti dalam diri setiap individu. Semoga!

Penulis : Rektor UIN Sunan Ampel, Surabaya; Penyintas Covid-19

Sumber : Kompas.id

Tags: Covid-19Masdar HilmyMelawan PandemiNalar AgamaSurabayaUIN Sunan Ampel
Share131SendTweet82Send

Related Posts

Nasional

Ini Daftar 37 Provinsi di Indonesia Setelah Pemekaran Provinsi Papua

13 November 2022
Nasional

Gempa Mag: 4.2 Getaran Hingga ke Beberapa Daerah

12 Juni 2022
Wageningen University & Research
Nasional

Kisah Syahril, Anak Petani Wonorejo Raih Beasiswa Santri S2 di Belanda

12 Juni 2022
Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma'ruf Amin di Kantor Presiden, Jakarta (10/12/2019) . Foto Antara
Nasional

1 Tahun Jokowi-Ma’ruf, Ini Laporannya

20 Oktober 2020
Nasional

Ketua KPU RI Positiv Covid,Pilkada Tetap Dilaksanakan

19 September 2020
Ilustirasi hari anak (ist/jogloabang)
Nasional

Selamat Hari Anak, 70 Juta Anak Rasakan Dampak Covid-19

23 Juli 2020

Discussion about this post

Rudolf V Saragih Pakaikan Baju Adat Simalungun ke Sekjen PDI Perjuangan

29/03/2023

AKP Josia Dimutasi ke Dolok Silau, Posisi Kapolsek Perdagangan Dijabat AKP Juliapan Simanjuntak

25/03/2023

Jelang Bulan Puasa, Sat Narkoba Polres Simalungun Amankan Pengedar Sabu

23/03/2023

Polisi Amankan 4 Unit Kereta Balap Liar di Tanjung Pinggir

23/03/2023

Musim Kemarau, Polres Siantar dan Simalungun Sosialisasi Pencegahan Karhutla

21/03/2023

Sambut Ramadhan dan HUT ke-24 Kabupaten Madina, SMSI Berbagi Sembako

21/03/2023

NEWS

Gegara Kandang Lembu, Warsito dan Nainggolan Selisih Paham

21/03/2023

Read more

Bawaslu Simalungun Bentuk Saka Pramuka Adhyasta Pemilu Serentak Tahun 2024

21/03/2023

Sambut HUT Pemasyarakatan ke 59 Lapas kelas IIA Pematang Siantar, Kanwil Kemenkumham Sumut Resmi Buka PORSENAP WBP

13/03/2023

SMSI Hadir di Seluruh Kabupaten/Kota se-Kepulauan Nias, Dipimpin Suarman Telaumbanua

13/03/2023

SMSI Minta Presiden Joko Widodo tidak Tandatangani Rancangan Perpres Publisher Right

09/03/2023

  • Jangan Salah Paham, Ini Bedanya Making Love dan Having Sex 

    2057 shares
    Share 823 Tweet 514
  • AKP Josia Dimutasi ke Dolok Silau, Posisi Kapolsek Perdagangan Dijabat AKP Juliapan Simanjuntak

    327 shares
    Share 131 Tweet 82
  • Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat (Nafi’un Li Ghairihi)

    380 shares
    Share 152 Tweet 95
  • Jelang Bulan Puasa, Sat Narkoba Polres Simalungun Amankan Pengedar Sabu

    327 shares
    Share 131 Tweet 82
  • Rudolf V Saragih Pakaikan Baju Adat Simalungun ke Sekjen PDI Perjuangan

    326 shares
    Share 130 Tweet 82

Rudolf V Saragih Pakaikan Baju Adat Simalungun ke Sekjen PDI Perjuangan

29/03/2023

AKP Josia Dimutasi ke Dolok Silau, Posisi Kapolsek Perdagangan Dijabat AKP Juliapan Simanjuntak

25/03/2023

Jelang Bulan Puasa, Sat Narkoba Polres Simalungun Amankan Pengedar Sabu

23/03/2023

Polisi Amankan 4 Unit Kereta Balap Liar di Tanjung Pinggir

23/03/2023

Musim Kemarau, Polres Siantar dan Simalungun Sosialisasi Pencegahan Karhutla

21/03/2023

Sambut Ramadhan dan HUT ke-24 Kabupaten Madina, SMSI Berbagi Sembako

21/03/2023

Gegara Kandang Lembu, Warsito dan Nainggolan Selisih Paham

21/03/2023

  • Disclaimer
  • Pedoman
  • Policy
  • Terms
  • Redaksi

© 2019-2021 Dekrit ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata duniaBarak ID

No Result
View All Result
  • NEWS
    • Peristiwa
    • Investigasi
    • Olahraga
    • Politik dan Pemerintahan
  • Regional
    • Sumut
  • Nasional
  • Internasional
  • Opini & Cerita
    • Budaya
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Sejarah
    • Entertainment
    • Tekno & Otomotif
    • Video
    • Relationship
    • Seleb
  • ADVERTORIAL
  • Lipsus
    • PENDIDIKAN
    • Mimbar Dakwah Jum’at
    • Mimbar Minggu
    • Viral
  • PILKADA
    • Pilkada Nasional
    • Pilkada Regional
  • Sport
    • Bola

© 2019-2021 Dekrit ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata duniaBarak ID