
Dekrit.id||Siantar – Nama baik institusi Polisi Republik Indonesia (Polri) kembali dipertanyakan, setelah peristiwa besar yang sedang terjadi di negara ini yang melibatkan beberapa petinggi di tubuh Polri, kini keprofesionalan instansi berseragam Cokelat tersebut kembali jadi sorotan atas tindakan oknum kepada para pengunjuk rasa Cipayung Plus kota Pematangsiantar saat melakukan aksi penolakan kenaikan harga BBM, Senin (5/9) lalu.
Para pengunjuk rasa yang bergabung dalam Cipayung Plus tersebut menolak kenaikan harga BBM yang sebelumnya telah ditetapkan naik oleh Pemerintah. Pertalite yang semula harga Rp.7.650.00 menjadi Rp.10.000.00, Solar dari Rp.5.150.00 menjadi Rp.6.800.00 dan Pertamax dari harga Rp.12.500.00 menjadi Rp.14.850.00 per liternya.
Namun sangat disayangkan, aksi unjuk rasa yang semula berjalan damai dengan segala orasi mahasiswa tersebut harus ‘tercoreng’ karena berakhir dengan kericuhan bahkan kontak fisik antara aparat kepolisian dengan para pendemo.
Kericuhan terjadi setelah para pendemo diterima oleh Walikota Pematangsiantar dan ketua DPRD serta jajarannya di depan gedung DPRD kota Siantar, para pengunjuk rasa melakukan aksi bakar Ban di luar kompleks DPRD sembari mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Melihat hal itu beberapa personil kepolisian langsung menembakkan gas air mata yang menyulut emosi para pendemo, selain menembakkan gas air mata petugas juga sempat mengeluarkan tembakan hingga beberapa kali.
Kericuhan pun tidak dapat dihindari, massa pengunjuk rasa terlibat aksi saling dorong ketika melihat beberapa kerabatnya ‘digelandang’ oleh petugas kepolisian, bahkan terlihat ada oknum yang diduga merupakan personil Polres Siantar dengan sengaja memukul (meninju) rusuk salah seorang pengunjuk rasa saat si mahasiswa tersebut ‘diseret’ oleh dua orang pria berseragam Polisi.

Hasil konfirmasi dengan Edis Galingging ketua Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Siantar-Simalungun, diketahui bahwa pengunjuk rasa yang dipukul oleh oknum yang diduga Polisi tersebut merupakan mahasiswa universitas Simalungun (USI)
“Kalau itu anak USI bang, anggota atau pengurus GMNI lah dia,” tulis Edis melalui pesan whattsappnya.

Masih Edis, “anggota PMKRI ada satu orang yang terluka karena terkena tembakan gas air mata dari jarak dekat sehingga celananya robek dan mengakibatkan luka bakar di bagian paha dekat alat vitalnya.”
Ketua PMKRI ini mengatakan kalau setelah insiden kericuhan tersebut pihaknya langsung membuat laporan ke Propam Polres Siantar.
“Semalam kami sudah buat laporan ke Propam bang dan ini juga kita lagi mau kumpul dengan teman untuk membuat sikap bersama,” bilang Edis, Selasa (6/9) pagi.
Terpisah AKBP Fernando, Kapolres Simalungun saat dikonfirmasi mengatakan kalau pihaknya tidak membenarkan adanya pemukulan.
“Kalau ada pemukulan tentunya itu tidak dibenarkan, sekarang Propam dan Siwas juga sedang melakukan pemeriksaan pada personil, kita sedang lakukan lidik,” ujar Fernando.
Kapolres Siantar ini juga saat menanggapi konfirmasi kru media ini mengirimkan video konferensi Pers yang diselenggarakannya pada Senin (5/9) sore, terkait permohonan maafnya atas insiden yang terjadi disaat berlangsungnya unjuk rasa. (Dkt|F1)

Discussion about this post