
Dekrit.com – Pemilu serentak akan digelar 17 April 2019 mendatang. Masyarakat Indonesia nantinya tidak hanya memlih DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota akan tetapi juga memilih Presiden/Wakil Presiden. Sekaitan dengan itu, masyarakat diharapkan jeli menilai calon wakilnya. Demikian disampaikan tokoh masyarakat Simalungun Jan Wanner Saragih kepada wartawan, di Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun, Selasa, 12 Februari 2019.
Menurut Jan Wanner, pemilihan calon anggota DPRD Sumatera Utara (Sumut) kerap diperbincangkan masyarakat di ruang publik. Sakin banyaknya jumlah calon, masyarakat kata dia bingung memlih siapa. Nah, Jan Wanner menawarkan tips bagaimana memilih calon anggota DPRD Sumut.
Ia menyarankan masyarakat (pemilih) melihat track record (rekam jejak), kapasitas calon dan berpeluang besar menang yang nantinya dapat bermanfaaat bagi masyarakat.
Ditanya siapa calon anggota DPRD Sumut sesuai dengan sarannya, ia menyebut nama Saut Bangkit Purba, calon anggota DPRD nomor urut 1 asal Partai Demokrat.
Jan Banner bilang, masyarakat hendaknya pro aktif mengkaji rekam jejak calon DPRD Sumut yang akan dipilih. “Jangan hanya percaya kepada janji manis semata, perhatikanlah rekam jejaknya selama ini jangan gampang percaya begitu saja,” ujarnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan pria yang pernah menjabat Kadis PPKAD Pemkab Simalungun ini, DPRD merupakan unsur penyelenggara pemerintah daerah yang memiliki fungsi pengawasan, budgeting dan membuat Perda. “Tak sedikit calon DPRD Sumut merasa seperti eksekutif (pemerintah). Mereka berjanji akan bangun ini dan itu,” terangnya.
“Jangan sampai salah memilih calon anggota DPRD. Sebab, masyarakat itu sendiri yang akan merasakannya,” tambah dia.
Jan Wanner juga mengaku telah mempelajari prestasi serta rekam jejak Saut Bangkit Purba sehingga ia optimis dan yakin bahwa Saut Bangkit Purba berpeluang besar jadi anggota DPRD Sumut.
Oleh karena itu, ia mengimbau para pelaku politik untuk tidak mendidik masyarakat dengan politik transaksional. “Wahai para pelaku poltik, jangan tanamkan politik transaksional kepada masyarakat. Berpolitiklah dengan mengedepankan etika dan moral,” tukasnya.

Dia juga tak menampik politik transaksional di lapisan masyarakat sudah pada kondisi memprihatinkan yang tentunya dipengaruhi banyak hal.
Baginya, politik adalah seni atau upaya untuk mendapatkan kekuasaan di mana kekuasaan itu digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. “Jadi berpolitik itu intinya adalah untuk membela kepentingan rakyat,” tandasnya.
(dkt|Rel)

Discussion about this post