
Dekrit.com|Tarutung– Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) mengadakan jambore anak sekolah minggu di Perkampungan Pemuda HKBP, Jetun, Silangit, Tapanuli Utara pada tanggal 22-26 Juni 2019. Kegiatan yang ditujukan khusus untuk meletakkan pondasi iman dan membangun karakter anak dalam warna Kristiani tersebut merupakan program regular HKBP di bawah koordinasi Departemen Koinonia.
Bagi HKBP, membangun dasar iman anak adalah proses menginvestasikan masa depan anak. Ketika anak dibangun dan dibentuk dalam warna Kristen, maka saat dewasa dia kelak mencintai Tuhan serta selalu merindukan gereja.
Adapun tema jambore anak sekolah minggu itu adalah “Dididik dan Bertumbuh di dalam Firman Tuhan” (2Timoteus 3:16-17).
Jambore ini merupakan sarana HKBP dalam dokumen-dokumen teologis dan pelayanannya memandang anak-anak sebagai bagian dari Kerajaan Allah.
Di hari pertama Jambore, akan ada ibadah pembukaan yang diikuti oleh seluruh peserta (termasuk orangtua, pengantar-guru sekolah minggu) pada Minggu, 23 Juni 2019.

Pada acara pembukaan ini, diharapkan juga kehadiran para stake-holder dalam pembinaan anak-anak diharapkan hadir seperti pimpinan HKBP, pemerintah, para pendeta dan para guru Sekolah Minggu.
Pembukaan ibadah dihadiri Kepala Depertemen Koinonia Pdt Dr. Martongo Sitinjak, Praeses Distrik II Silindung, Praeses Distrik Humbang, Praeses Distrik Samosir dan Kabiro Sekolah Minggu, Remaja, Naposo (Smirna) serta 199 orang calon pelayan HKBP (LPP I). Salah satunWahyu Nolim Siregar, mantan Ketua GMKI cabang Siantar-Simalungun.
Panitia menargetkan ibadah ini dihadiri 2500 orang. Maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah menyediakan kesempatan bagi anak-anak sekolah minggu bertumbuh di dalam ajaran gereja yang benar ke arah kesempurnaan Kristus, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Melalui Jambore ini nantinya, sekitar 400 anak-anak Sekolah Minggu yang berasal dari seluruh distrik HKBP diharapkan akan mengalami perjumpaan dengan Tuhannya melalui persekutuan dengan sesamanya anak-anak dan penghayatan iman selama Jambore berlangsung. Berikutnya, menemukan kesempatan baginya untuk mengekspresikan diri. Menemukan kemungkinan baginya bertumbuh sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menemukan kegembiraan melalui permainan, perjumpaan dan persahabatan dengan anak-anak Iain dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Lalu, menemukan kesempatan belajar mengambil keputusan bersama serta belajar menghargai keputusan bersama.
Menemukan kesempatan belajar kepemimpinan dan bekerja dalam kelompok dan memahami tema Jambore dengan capaiannya. Mereka yang jadi peserta jambore adalah anak sekolah minggu HKBP, gereja tetangga dan murid/pelajar dari SD dan SMP yang duduk di kelas 4 SD hingga kelas 7 SMP.
Panitia membagi setiap anak dalam kelompok-kelompok kecil (±10 orang) secara acak. Setiap kelompok dipimpin seorang konselor. “Konselor-lah yang akan memimpin acara sejak bangun tidur di pagi hari hingga menuju peraduan di malam hari,” demikian keterangan panitia yang dikutip dari website resmi HKBP, Minggu, 23 Juni 2019.
Masing-masing kelompok akan menjadi satu keluarga selama Jambore berlangsung, lewat kebersamaan selama dalam kelompok ini, setiap anak akan belajar mengenal dirinya dan mengenal temannya sekelompok melalui berbagai bentuk dinamika kelompok.
Setiap anak juga akan belajar mengambil keputusan secara bersama dan belajar menghargai keputusan yang telah disepakati dalam kelompok tersebut
Ibadah akan dirancang sebegitu rupa, dengan menggunakan ibadah harian yang diangkat dari Kathekhismus dan buku nyanyian anak sekolah minggu HKBP. Rangkaian ibadah harian merupakan satu kesatuan dari seluruh Ibadah.
Dalam kegiatan itu, konselor akan membimbing anak-anak dalam kelompoknya melalui serangkaian penelaahan alkitab (PA). Rangkaian PA merupakan satu kesatuan tema yang diuraikan ke dalam subtema harian. Bahan PA itu sendiri akan disiapkan dan diolah oleh satu tim, sebelum digumuli lebih dalam oleh para konselor
Dalam rangka memperluas wawasan dan keterampilan anak-anak sekolah minggu, selama Jambore juga akan ada eksebisi atau latihan yang dapat diikuti oleh anak-anak dengan pilihan bebas.
Acara ini merupakan elective session berupa kunjungan stand/tenda yang disiapkan dan diorganisir fasilitator yang sesuai dengan bidang keahlian tertentu, antara Iain pertanian, kesehatan, IT dan fotografi, daur ulang, keterampilan Panti Karya Hephata HKBP dan lainnya.
Pada malam hari akan diisi dengan social evening berupa apresiasi budaya. Setiap malam, akan ada beberapa stand/pojokan yang mempresentasikan berbagai bentuk kekayaan budaya seperti tarian modern, tortor, panggung boneka, pemutaran film, teater dan lain sebagainya.

Setiap stand tidak hanya menyelenggarakan pementasan dan peserta tinggal menonton, tetapi akan melibatkan peserta dalam proses diskusi dan bahkan proses kreatif dalam mempersiapkan pementasan tersebut.
Di akhir keterangannya, panitia menerangkan, selama Jambore berlangsung, anak-anak dibebaskan dari segala urusan di luar camp.
Selanjutnya, mereka tidak diperkenankan membawa alat-alat komunikasi (Handphone), dan tidak diperkenankan menerima tamu, orangtua sekalipun. Komunikasi keluarga dengan anak atau sebaliknya –jika diperlukan– hanya melalui konselor. Terkecuali, dalam hal yang sangat mendesak atau darurat.
(dkt|*)

Discussion about this post